Masih terngiang sangat jelas kata-kata itu ketika "Sang Prof" berbisik lirih dihapadanku:
Anakku...
Jangan pernah marah ya, ketika ketika kamu mendapatkan hujatan...
Jangan pernah marah ya, ketika ketika kamu mendapatkan cacian...
Jangan pernah marah ya, ketika ketika kamu mendapatkan fitnaan...
Jangan pernah marah ya, ketika ketika kamu mendapatkan cacian...
Jangan pernah marah ya, ketika ketika kamu mendapatkan fitnaan...
Walaupun engkau mampu untuk membalasnya...
Jangan pula kamu merasa sombong ya, dikala kamu diatas orang lain...
Jangan pula kamu merasa bangga ya, sehingga ke "AKU" anmu menenggelamkan sifat kehambaanmu..
Jangan pula kamu merasa bangga ya, sehingga ke "AKU" anmu menenggelamkan sifat kehambaanmu..
Tuhan itu Maha Tahu,
Dosamu itu sangat banyak, bahkan tak terhitung, terutama dosa kepada orang tuamu, tapi Tuhan masih berkenan dan kasih sayang menyimpan dan menyembunyikan kecurangan, keculasan serta kebusukan hatimu dihadapan orang lain..
Maka sebenarnya tidak ada tempat untuk marah ketika kamu dihina oleh orang lain,
###
Jangan pernah marah ya anakku....
Jadikanlah ujian, hujatan, fitnaan, kemiskinan, kerendahan, dan tangisan sebagai tangga untuk melatih sifat kehambaanmu..
Tundukkan sifat keakuanmu...
Rendahkan kesombongan yang ada di dalam dirimu...
Tenggelamkanlah sifat ke egoanmu..
Rendahkan kesombongan yang ada di dalam dirimu...
Tenggelamkanlah sifat ke egoanmu..
Maka pandanglah orang lain sebaik-baik manusia, dan pandanglah dirimu sejelek-jelek manusia.
Jadikanlah air mata kerendahan sebagai pencuci jiwamu dan penebus dosamu agar hikmah akan terus selalu terpancar dalam aura kesabaranmu...
Tolong, Ingat hanya satu pesan untukmu anakku:
Jadilah seperti padi "Semakin Berisi Semakin Merunduk" jangan jadi api "Semakin Membara Semakin Keatas"
Dalam bumi kerendahan, 5 Januari 2012
0 komentar:
Posting Komentar